PT. Gedhe Ultimate Innovation

/ /

Kewirausahaan Sosial Solusi untuk Tingkatkan Kesejahteraan Transmigran

Share

Kawasan transmigrasi Mesuji menghadapi tantangan serius berupa rantai pasok panjang yang merugikan petani dan rendahnya akses modal. Hal ini disampaikan Yossy Suparyo, Direktur PT Gedhe Ultimate Innovation, dalam sebuah pelatihan di Hotel Sapadia, Tulang Bawang, Selasa (14/10). Yossy mendorong para pelaku usaha dan petani di kawasan transmigrasi untuk mengadopsi model kewirausahaan sosial sebagai solusi pengembangan usaha.

Menurutnya, petani komoditas seringkali hanya menerima kurang dari 40% dari harga jual akhir yang dibayar konsumen, dengan sisa 60% dinikmati oleh perantara. Selain itu, akses permodalan juga menjadi kendala, sebab hanya sekitar 28% pelaku usaha di perdesaan yang memiliki akses ke kredit formal.

“Kewirausahaan sosial adalah jawaban holistis,” kata Yossy Suparyo. “Model ini bertujuan menciptakan ‘Blended Value’ (Nilai Campuran), yaitu keuntungan ekonomi dan dampak sosial yang terukur secara bersamaan.”

Ia menjelaskan, kewirausahaan sosial dapat memotong rantai pasok dengan membangun jalur langsung ke pasar. Model ini juga mengatasi masalah skala produksi kecil dengan melakukan agregasi serta standardisasi produk dari ratusan petani. Pendekatan ini juga membuat usaha menjadi lebih bankable (layak perbankan) untuk mendapatkan pendanaan formal.

Pelatihan yang dihadiri oleh 100 peserta. Peserta merupakan perwakilan dari dari pelaku bisnis dan kelompok tani kawasan transmigrasi Mesuji. Selama mengikuti pelatihan, mereka menunjukkan respons yang positif.

Kabupaten Mesuji dibekali dengan potensi sumber daya alam (SDA) yang melimpah, khususnya di sektor agrikultur seperti perkebunan dan tanaman pangan. Keberadaan transmigran menyuplai sumber daya manusia (SDM) yang memiliki etos kerja dan kemauan kuat untuk maju.

Prasetyo Yunianto (27), seorang pelaku usaha dari Desa Sumbermakmur, Kecamatan Mesuji, Mesuji, mengaku mendapat pengetahuan dan keterampilan yang signifikan dalam menjalankan usahanya, khususnya pengembangan produk teh pegagan dan herbal.

“Menciptakan lapangan kerja lebih baik daripada mencari kerja,” tegas Prasetyo, yang kini fokus mengembangkan produk herbal dan kesehatan.

Setelah pelatihan ini, pekerjaan rumah selanjutnya adalah mengidentifikasi local champion (juara lokal) dan merancang model bisnis sosial yang inklusif. Penguatan kelembagaan ekonomi lokal menjadi agenda mendesak untuk memastikan bahwa potensi besar yang dimiliki dapat dikonversi menjadi kesejahteraan nyata dan kemandirian bagi masyarakat transmigran.

Share On:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Tentang
  • logo-gedhe-nusantara

    PT GUI

    Gedhe Ultimate Innovation

PT Gedhe Ultimate Innovation merupakan perusahaan sosial (socioentreprise) yang didirikan oleh Suparyo Kasum, Fellow Ashoka 2015-2017), yang berlokasi di Sokaraja, Banyumas, Jawa Tengah. PT GUI siap bermitra dengan semua kalangan untuk mengembangkan bisnis, sekaligus menyelesaikan permasalahan sosial.
Subscribe For More!
You have been successfully Subscribed! Ops! Something went wrong, please try again.
Categories

Kawasan transmigrasi Mesuji menghadapi tantangan serius berupa rantai pasok panjang yang merugikan petani dan rendahnya akses modal. Hal ini disampaikan Yossy Suparyo, Direktur PT Gedhe Ultimate Innovation, dalam sebuah pelatihan di Hotel Sapadia, Tulang Bawang, Selasa (14/10). Yossy mendorong para pelaku usaha dan petani di kawasan transmigrasi untuk mengadopsi model kewirausahaan sosial sebagai solusi pengembangan usaha.

Menurutnya, petani komoditas seringkali hanya menerima kurang dari 40% dari harga jual akhir yang dibayar konsumen, dengan sisa 60% dinikmati oleh perantara. Selain itu, akses permodalan juga menjadi kendala, sebab hanya sekitar 28% pelaku usaha di perdesaan yang memiliki akses ke kredit formal.

“Kewirausahaan sosial adalah jawaban holistis,” kata Yossy Suparyo. “Model ini bertujuan menciptakan ‘Blended Value’ (Nilai Campuran), yaitu keuntungan ekonomi dan dampak sosial yang terukur secara bersamaan.”

Ia menjelaskan, kewirausahaan sosial dapat memotong rantai pasok dengan membangun jalur langsung ke pasar. Model ini juga mengatasi masalah skala produksi kecil dengan melakukan agregasi serta standardisasi produk dari ratusan petani. Pendekatan ini juga membuat usaha menjadi lebih bankable (layak perbankan) untuk mendapatkan pendanaan formal.

Pelatihan yang dihadiri oleh 100 peserta. Peserta merupakan perwakilan dari dari pelaku bisnis dan kelompok tani kawasan transmigrasi Mesuji. Selama mengikuti pelatihan, mereka menunjukkan respons yang positif.

Kabupaten Mesuji dibekali dengan potensi sumber daya alam (SDA) yang melimpah, khususnya di sektor agrikultur seperti perkebunan dan tanaman pangan. Keberadaan transmigran menyuplai sumber daya manusia (SDM) yang memiliki etos kerja dan kemauan kuat untuk maju.

Prasetyo Yunianto (27), seorang pelaku usaha dari Desa Sumbermakmur, Kecamatan Mesuji, Mesuji, mengaku mendapat pengetahuan dan keterampilan yang signifikan dalam menjalankan usahanya, khususnya pengembangan produk teh pegagan dan herbal.

“Menciptakan lapangan kerja lebih baik daripada mencari kerja,” tegas Prasetyo, yang kini fokus mengembangkan produk herbal dan kesehatan.

Setelah pelatihan ini, pekerjaan rumah selanjutnya adalah mengidentifikasi local champion (juara lokal) dan merancang model bisnis sosial yang inklusif. Penguatan kelembagaan ekonomi lokal menjadi agenda mendesak untuk memastikan bahwa potensi besar yang dimiliki dapat dikonversi menjadi kesejahteraan nyata dan kemandirian bagi masyarakat transmigran.